Ads

Thursday 4 July 2013

Time is Money. Ciyuss ?

Jelang waktu Ashar, Ruslan bersegera menuju masjid terdekat. Masih ada waktu sekira 15 menit sampai azan berkumandang. Baginya lebih baik datang di awal waktu. Tiba di jalan depan masjid, ada satu keluarga yang terdiri dari Bapa, Ibu dan 2 anaknya. Sepertinya keluarga ini hendak pulang dan bingung mencari angkutan umum. Begitu Ruslan lewat di depan mereka, sang bapak bertanya kepada Ruslan :

Bapak : “Permisi Mas, Mau nanya, pool taxi di sini ada gak yah ?”
Ruslan : “Oh.. Biasanya ada di sana, tapi mungkin sedang ramai jadi tidak ada yang ngetem”
Bapak : “ Iya.. Biasanya memang ada.”
Ruslan : “Kalo Bapak mau menunggu sebentar, biasanya ada taxi yang merapat kemari, supirnya biasanya      shalat.”
Bapak : “Oh gitu ya”
Selanjutnya, Ruslan memasuki serambi masjid, kebetulan terlihat seorang supir taxi, terlihat dari seragam yang dikenakan. Langsung saja Ruslan menyampaikan bahwa ada penumpang yang sedang mencari taxi. Tapi supir taxi menjawab dengan ringan. “Kalo mau silahkan tunggu sampai selesai shalat nanti”, meskipun waktu shalat belum masuk.
Kisah di atas adalah petikan kisah nyata, ternyata tidak semua supir taxi kejar setoran. Bapak supir ini lebih mementingkan shalat tepat waktu daripada memenuhi uang setoran.
Sehingga ungkapan Time is Money tidak berlaku bagi dia. Istilah yang begitu diagungkan oleh sebagian besar manusia, hingga banyak yang membenarkan dan mengamalkannya. Berlomba memperkaya diri, sampai berbagai cara dilakukan hingga mirisnya para pengagum ungkapan dari dunia barat itu menghalalkan yang haram. Salah satu contoh tenar adalah maraknya korupsi di negeri ini. Negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia sekaligus terbesar kasus korupsinya. Na’udsubillah.

  وَالْعَصْرِ١
 إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ ٢
 إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِوَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ ٣ 

  1. Demi waktu / masa / ashr, 
  2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, 
  3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran. 
 Berdasarkan surat Al’asr di atas sangat jelas, Allah swt bersumpah demi Waktu/masa. Ayat ini jelas menerangkan akan waktu, bahwa manusia akan rugi jika tidak memanfaatkan waktunya dengan baik. Pada ayat 3 semakin jelas, Allah swt mengarahkan kepada hamba-Nya bagaimana memanfaatkan waktu. Untuk apa Allah swt memberi tenggang waktu manusia di bumi ini. Yaitu agar manusia memanfaatkan waktunya untuk beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.

 Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas radiyallahu anhuma bahwa Rasulullah SAW menasehati seseorang dan bersabda:”Gunakanlah olehmu lima kesempatan sebelum datang lima kesempitan: masa mudamu sebelum masa tuamu, masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu, masa kayamu sebelum datang masa fakirmu, masa kosongmu sebelum masa sibukmu, dan masa hidupmu sebelum datang masa matimu.” (HR Hakim dalam Al-Mustadrak).

 Masa atau waktu adalah tergantung kepada pribadi masing-masing. Saat seseorang itu merasa sibuk urusan duniawi, maka Allah akan menyempitkan waktu luangnya. Tapi jika sesibuk apapun seorang hamba, ternyata ia masih meluangkan waktunya untuk beribadah kepada Allah, maka Allah akan memberikan keluangan atas waktunya. Jadi hindarilah untuk merasa sibuk, tetapkan dan yakinkan dalam hati dan diri kita bahwa untuk beribadah kita punya keleluasaan waktu, maka Allah akan meluaskannya. Senantiasa berprasangkalah kepada Allah, bahwa Allah memberikan waktu yang banyak kepada hamba-Nya untuk beribadah.

 Dari Abu Hurairah ra berkata, bersabda Rasulullah saw, Berfirman Allah Yang Maha Agung:“Aku berada dalam sangkaan hamba-Ku tentang Aku, dan Aku bersama-nya ketika ia menyebut Aku. Bila ia menyebut Aku dalam dirinya, Aku menyebut dia dalam Diri-Ku. Bila ia menyebut Aku dalam khalayak, Aku menyebut dia dalam khalayak yang lebih baik dari itu. Bila ia mendekat kepada-Ku satu jengkal, Aku mendekat kepadanya satu hasta. Bila ia mendekat kepada-Ku satu hasta, Aku mendekat kepadanya satu depa. Bila ia datang kepada-Ku berjalan kaki, Aku datang kepadanya berlari-lari”. (HR. Al-Bukhari, Muslim, Ibn Majah, At-Tirmidzi, Ibn Hanbal)

 Dari Abu Hurairah ra, Nabi Saw bersabda: “Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman: “Wahai anak Adam, luangkanlah waktu untuk ibadah kepada-Ku maka Aku isi dadamu dengan kekayaan dan Aku tutup kekafiranmu. Jika tidak demikian maka Aku isikan kesibukan di mukamu dan Aku tidak menutup kefakiranmu”. (Hadits ini di takhrijkan oleh At Tirmidzi)

 Dari hadits di atas jelas sekali bahwa seorang hamba yang memberikan keleluasan waktu untuk ibadah, Allah akan memberikan kekayaan dalam diri hamba tersebut. Kekayaan memang tidak berdasar pada materi, tapi lebih kepada perasaan. Jika seseorang yang hidup pas-pasan, tapi merasa kaya dalam hatinya, dia akan senatiasa bersyukur, inilah yang menentukan kaya tidaknya seorang manusia. Berbeda dengan konglomerat yang berlimpah harta, tapi karena terlalu berpatok pada dunia, Alloh menyempitkan dadanya dari rasa syukur, senantiasa merasa kurang, sehingga hidupnya digunakan untuk mengejar harta, bersaing dengan orang kaya lain, sehingga tida ada cukupnya.

 Waktu termasuk nikmat tertinggi dari Allah swt, jika kita sebagai hamba enggan mensyukuri atas nikmat waktu yang telah dilimpahkan kepada kita, maka Allah akan menyempitkannya, seolah waktu kita lebih pendek dari orang lain. Padahal kita semua memiliki waktu yang sama dengan orang lain di sekeliling kita. Maka tengoklah, mereka bisa mengerjakan banyak hal dalm kehidupan sehari-hari, mengapa kita tidak ? Mulailah menata kembali waktu yang ada, karena kitalah yang memiliki waktu, bukan sebaliknya. Jika kita menetapkan dengan seksama pasti kita bisa mengatur waktu dengan sebaik mungkin, jangan sampai kita dikendalikan oleh waktu. Atur ulang dan sinkronkan untuk ibadah kepada Allah swt.
 Untuk menyikapi waktu, kita perlu mempertimbangkan 3 hal yang mencakup, yaitu, masa yang telah lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang.

  1. Masa Lalu, adalah masa yang sudah kita lewati, mengapa kita perlu menilik kembali masa lalu ? Masa lalu bukanlah masa lampau yang sudah lama, semenit yang lalu termasuk masa lalu. Dengan memperhatikan masa yang telah berlalu, diharapkan menjadi pelajaran bagi kita. Jika masa lalu merupakan kesuksesan, maka perlu dipertahankan dan sebisa mungkin ditingkatkan. Jika masa lalu terdapat keburukan dan kesalahan, maka saat sekarang perbaiki. Dan seterusnya 
  2. Masa Sekarang, yaitu masa yang sedang kita jalani, dengan melihat masa lalu maka kita diharapkan mampu menata masa kini dengan lebih baik, memperbaiki segala kesalahan, mempertahankan segala kebenaran dan kesuksekan sekaligus mempertahankan untuk menghadapi masa yang akan datang 
  3. Masa yang akan datang, bisa juga disebut masa depan yaitu masa yang akan kita lewati, masa yang akan kita hadapi. Dengan mempertimbangan masa yang akan datang, diharapkan kita mampu menyiapkan bekal untuk menjalaninya. Hal apa saja yang mungkin akan terjadi di masa depan, kita sebisa mungkin menyiapkan, baik mental maupun material. Paling penting dan pasti kita hadapi di masa depan adalah akhirat. Jika kita berpikir akan akhirat, bagi manusia yang beriman, kita diharapkan menyiapkan bekal akhirat tersebut. 
Akhirat tidak bias terlepas dari segala peri kehidupan kita. Baik masa lalu, sekarang dan akan datang. Semua sisi kehidupan harus ada keterkaitan dengan akhirat, dengan demikian kita akan selalu meluangkan waktu, kapanpun dan dimanapun untuk memperbaiki kehidupan di akhirat kelak. Dan untuk akhirat, hanya ibadah kepada Allah swt sebagai bekalnya. Waktu adalah ibadah. Semoga Allah swt senantiasa menjaga hati kita agar senantiasa mampu menempatkan waktu sesuai syariat-Nya. Amin.(Tri)

No comments:

Post a Comment