Cara Menghitung Break Event Point Ini bukanalah inisiasi dari UT Manajemen, tapi masih berkaitan erat. Postingan ini membantu saya dalam menentukan pilihan saat pengadaan barang guna disewakan. Karena saya diminta mencantunkan BEP dan RAB terkait barang tersebut.
pict : merytaocta.blogspot.com
Oleh karenanya saya seraching cara paling mudah dipahami, untuk memudahkan saya mencari sewaktu-waktu, saya copas artikel dari pengusahamuslim.com
Break Even Point (BEP) ialah titik impas di mana posisi jumlah pendapatan dan biaya sama atau seimbang sehingga tidak terdapat keuntungan ataupun kerugian dalam suatu perusahaan.
Break Even Point ini digunakan untuk menganalisis proyeksi sejauh mana banyaknya jumlah unit yang diproduksi atau sebanyak apa uang yang harus diterima untuk mendapatkan titik impas atau kembali modal.
Break Event Point memerlukan komponen penghitungan dasar seperti berikut ini:
Rumus yang digunakan untuk analisis Break Event Point ini terdiri dari dua macam sebagai berikut:
Agar bisa memahaminya, mari kita praktikkan langsung rumus ini dengan simulasi:
Total Biaya Tetap (FC) senilai Rp 100 juta Total Biaya Variabel (VC) per unit senilai Rp 60 ribu Harga jual barang per unit senilai Rp 80 ribu
Penghitungan BEP Unit
BEP = FC/ (P – VC) BEP = 100.000.000/ (80.000 – 60.000) BEP = Rp 5000
Penghitungan BEP Rupiah
BEP = FC/ (1 – (VC/P)) BEP = 100.000.000/ (1 – (60.000/80.000)) BEP = Rp 400.000.000
Dari analisis inilah perusahaan dapat meramalkan keuntungan yang dapat diperoleh (target laba) berdasarkan berapa penjualan minimumnya. Adapun rumus untuk menghitung target ini sebagai berikut:
BEP – Laba = (FC + Target Laba) / (P – VC)
Mari kita pelajari simulasi untuk menghitung target laba ini. Dengan FC, VC, dan P yang sama dengan contoh sebelumnya, perusahaan ini menargetkan laba sebesar Rp 80 juta per bulan.
BEP – Laba = (FC + Target Laba) / (P – VC) BEP – Laba = (100.000.000 + 80.000.000) / (80.000 – 60.000) BEP – Laba = 180.000.000 / 20.000 BEP – Laba = 9.000 unit atau BEP – Laba = Rp 720 juta (9000 unit x Rp 80.000)
Untuk membuktikan bahwa dengan menjual 9.000 unit perusahaan akan mendapatkan laba Rp 720 juta, mari kita periksa berikut ini: Penjualan Rp 720.000.000 FC Rp 100.000.000 Total VC (Rp 60.000 x 9000 unit) Rp 540.000.000 Total Biaya Rp 640.000.000 Laba Rp 80.000.000
Dalam berbisnis, tentunya analisis break event point sangat membantu pelaku bisnis untuk memproyeksikan seberapa banyak barang yang harus diproduksi dan perbandingannya dengan uang/ pendapatan yang diterima.
pict : merytaocta.blogspot.com
Oleh karenanya saya seraching cara paling mudah dipahami, untuk memudahkan saya mencari sewaktu-waktu, saya copas artikel dari pengusahamuslim.com
Break Even Point (BEP) ialah titik impas di mana posisi jumlah pendapatan dan biaya sama atau seimbang sehingga tidak terdapat keuntungan ataupun kerugian dalam suatu perusahaan.
Break Even Point ini digunakan untuk menganalisis proyeksi sejauh mana banyaknya jumlah unit yang diproduksi atau sebanyak apa uang yang harus diterima untuk mendapatkan titik impas atau kembali modal.
Break Event Point memerlukan komponen penghitungan dasar seperti berikut ini:
- Fixed Cost. Komponen ini merupakan biaya yang tetap atau konstan jika adanya tindakan produksi atau meskipun perusahaan tidak berproduksi. Contoh biaya ini yaitu biaya tenaga kerja, biaya penyusutan mesin, dll.
- Variabel Cost. Komponen ini merupakan biaya per unit yang sifatnya dinamis tergantung dari tindakan volume produksinya. Jika produksi yang direncanakan meningkat, berarti variabel cost pasti akan meningkat. Contoh biaya ini yaitu biaya bahan baku, biaya listrik, dll.
- Selling Price. Komponen ini adalah harga jual per unit barang atau jasa yang telah diproduksi.
Rumus yang digunakan untuk analisis Break Event Point ini terdiri dari dua macam sebagai berikut:
- Dasar Unit Berapa unit jumlah barang/jasa yang harus dihasilkan untuk mendapat titik impas: BEP = FC /(P-VC)
- Dasar Penjualan Berapa rupiah nilai penjualan yang harus diterima untuk mendapat titik impas: FC/ (1 – (VC/P))* Penghitungan (1 – (VC/P)) biasa juga disebut dengan istilah Margin Kontribusi Per Unit.
Agar bisa memahaminya, mari kita praktikkan langsung rumus ini dengan simulasi:
Total Biaya Tetap (FC) senilai Rp 100 juta Total Biaya Variabel (VC) per unit senilai Rp 60 ribu Harga jual barang per unit senilai Rp 80 ribu
Penghitungan BEP Unit
BEP = FC/ (P – VC) BEP = 100.000.000/ (80.000 – 60.000) BEP = Rp 5000
Penghitungan BEP Rupiah
BEP = FC/ (1 – (VC/P)) BEP = 100.000.000/ (1 – (60.000/80.000)) BEP = Rp 400.000.000
Dari analisis inilah perusahaan dapat meramalkan keuntungan yang dapat diperoleh (target laba) berdasarkan berapa penjualan minimumnya. Adapun rumus untuk menghitung target ini sebagai berikut:
BEP – Laba = (FC + Target Laba) / (P – VC)
Mari kita pelajari simulasi untuk menghitung target laba ini. Dengan FC, VC, dan P yang sama dengan contoh sebelumnya, perusahaan ini menargetkan laba sebesar Rp 80 juta per bulan.
BEP – Laba = (FC + Target Laba) / (P – VC) BEP – Laba = (100.000.000 + 80.000.000) / (80.000 – 60.000) BEP – Laba = 180.000.000 / 20.000 BEP – Laba = 9.000 unit atau BEP – Laba = Rp 720 juta (9000 unit x Rp 80.000)
Untuk membuktikan bahwa dengan menjual 9.000 unit perusahaan akan mendapatkan laba Rp 720 juta, mari kita periksa berikut ini: Penjualan Rp 720.000.000 FC Rp 100.000.000 Total VC (Rp 60.000 x 9000 unit) Rp 540.000.000 Total Biaya Rp 640.000.000 Laba Rp 80.000.000
Dalam berbisnis, tentunya analisis break event point sangat membantu pelaku bisnis untuk memproyeksikan seberapa banyak barang yang harus diproduksi dan perbandingannya dengan uang/ pendapatan yang diterima.
No comments:
Post a Comment